About

6.1.11

Berteater adalah Berlatih Bersinergi



Mengapa harus berlatih teater? Karena dalam teater yang mengandung aspek seni kolektif, ada semua bidang seni di sana, mampu membuat seseorang yang paling cakap atau kompeten sekali pun merasa ia tak bakal bisa berdiri di atas panggung atau di balik panggung sendiri tanpa peran serta dari rekan-rekan yang lain. Egoisme tak dibiarkan tumbuh di wahana teater. Semua diarahkan kepada bekerja secara bersinergi. Memadukan banyak kekuatan menjadi kekuatan yang lebih powerful, lebih punya kuasa melebihi kekuatan dari masing-masing jika dijumlahkan. Itulah SINERGI. Salah satu persyaratan untuk mencapai yang diinginkan. Sinergi dapat optimal tercipta karena dilandasi sikap terbuka untuk belajar. Setiap orang berusaha belajar. Setiap orang berusaha rendah hati tuk mengajar. Saling melengkapi adalah syarat tumbuhnya sebuah teater yang sehat. Semua orang suka bertanya. Semua orang berusaha memberika jawaban yang terbaik. Bersama menggali apa yang tak diketahui, adalah komitmen kelompok. Memang masing-masing berusaha keras untuk belajar, namun setelah ia berhasil mempelajarinya, maka ia pun akan membagikannya kepada tim, supaya setiap orang tahu, sejauh pengenalan yang menguasai lebih dulu. Itulah TEATER. Semua berSINERGI.

Latihan Teater: Latihan Berpikir Komprehensif



Latihan teater itu adalah latihan berpikir komprehensif. Mengerjakan pekerjaan tertentu untuk kepentingan yang jauh lebih luas. Misalnya, Latihan vocal adalah latihan yang bermuara pada volume suara bisa lebih besar. Dinamika suara membuat suara fleksibel diatur saat kapan lembut, saat kapan keras. Intonasi suara lebih kaya, variatif, dan sesuai makna yang diinginkan. Tempo suara dapat diatur cepat lambatnya dengan fleksibel. Nada suara dapat diatur dengan tinggi rendah sesuai makna yang diinginkan. Dapat memberi tekanan pada bagian yang perlu. Artikulasi yang jelas. Aksentuasi seperti yang diinginkan. Memadupadankan gerak tubuh yang menghasilkan suara yang paling berkualitas. Mengerjakan satu, sama artinya upaya untuk menajamkan yang lain. Latihan teater juga upaya menginternalisasikan dan mendaratkan hal-hal konseptual. Yang masih abstrak direalkan. Yang terlalu muluk, dibumikan. Yang sulit dimudahkan. Persis tekonologi, yang tampaknya sulit dibuat gampang. Latihan teater juga bisa disebut latihan menyederhanakan, mengefektifkan, dan menyelaraskan sistem berpikir. Semua pemikiran yang sulit dimengerti dibuat gampang dicerna, melalui upaya konkrit memanggungkan kisah lewat gerak-gerik yang tampak menarik di atas panggung. Latihan teater adalah latihan ragam seni kolektif, latihan ragam cara, ragam metode, ragam tujuan, ragam personil, ragam kompetensi, tetapi untuk satu hal, hidup yang lebih baik.

Aktor Pebelajar Senantiasa Belajar


Aktor pebelajar adalah aktor yang terus belajar dalam sepanjang hidupnya. Ketika menampilkan ungkapan belas kasih di panggung, ia telah lebih dulu belajar peka dengan kebutuhan orang banyak. Ketika menampilkan peran gembel atau penderita AIDS yang tertolak masyarakat, aktor telah lebih dulu menerima dan menghabiskan waktu bersama orang-orang yang ditolak dunia. Ketika aktor mengekspresikan kemarahanan atau bahkan sebaliknya, sebuah kesabaran di atas panggung, ia terlebih dulu menunjukkan kemarahan yang sewajarnya terhadap kemunafikan dan tidak mengenal istilah „SABAR ITU ADA HABISNYA“, baginya sabar itu tak ada habisnya. Ketika berlagak sebagai tokoh yang memberi ampun di atas panggung, ia terlelebih dulu menunjukkan pengampunan dan belas kasihan pada yang bersalah padanya. Aktor sebenarnya tidak begitu peduli pada reputasi, karena ia menghabiskan waktu dengan orang-orang yang membutuhkan dirinya. Aktor selalu berusaha memilih untuk menyelesaikan tugas. Hatinya penuh kasih dan ucapan syukur. Teater baginya bukan ketika sedang berlatih. Namun dalam hidupnya ia selalu berteater. Teater adalah kehidupannya.

MENDENGAR


Mendengar adalah salah satu kecakapan penting dalam dunia seni peran. Dan tentu saja dalam bidang kehidupan yang lain. Bagi seorang aktor adalah penting mengeksplorasi kecakapan mendengar dalam latihan teater dan dalam kehidupan sehari-hari. Kepekaannya untuk akting dipengaruhi oleh kebiasaannya untuk mendengar, memperhatikan, dan mentaati. Kebiasaan yang sedikit kurang di bawahnya adalah mendengar namun segera melupakan. Dan yang sangat tidak disarankan adalah mendengar dan sama sekali tak menghiraukan.

Seorang aktor yang baik, suka mendengar curhat lawan bicara. Dan menanti dengan sabar kapan gilirannya ngomong, Keterampilan mendengar adalah kompilasi kecakapan mengendalikan diri, mempekakan diri, merendahkan hati, memperpanjang kesabaran, meningkatkan konsentrasi, menjagai emosi, dan meningkatkan respon dalam ketenangan.

Selamat belajar mendengar. Dengar-dengaran. Dan terus mendengar dalam sepi dan mendengar dalam ramai.

4.1.11

Pekerja Teater, Dari Aktor hingga Bagian Angkut2 adalah Sama Pentingnya



Selain aktor/aktris, pekerja teater yang justru punya peran sangat penting itu antara lain adalah mereka yang menjadi; tukang atur lampu, tukang atur setting dan siapkan property, tukang nge-makeup, tukan angkat-angkat.... dan banyak lagi pekerjaan lain. Mereka itu semua adalah orang luar biasa, karena tanpa tanmpil di atas panggung, mereka bekerja keras bahkan lebih giat dari lainnya.

Tulisan ini untuk mengenang proses keras itu dan sebagai ucapan terima kasih kepada teman-teman yang luar biasa itu. Berteater memang betul-betul berlatih hidup. Membagi hidup. Dan menghidupi yang lain.

Teater IDEOT menerima Anggota Baru




Jika kesuksesan menemukan jati diri itu bisa dilakukan melalui Teater. Maka ambillah keputusan. Karean kami telah merasaiya, bagaimana Teater telah mampu menghidupkan kami untuk menghidupi banyak orang dengan spirit yang membangun! Mari. Kita sangat bisa bersinergi.

Aktor/Aktris Teater adalah Pribadi Multitasking



Seorang wanita lebih multitasking daripada pria. Dalam waktu yang sama seorang Ibu Rumah Tangga terbiasa mengerjakan pekerjaan lebih dari satu. Seorang aktor/aktris di atas panggung atau di luar panggung adalah pribadi multitasking. Ia terbiasa memecah pikiran atau konsentrasi, sehingga karakter bisa dieksplorasi dengan multikarakter ketika berdialog dengan lebih dari 1 lawan main, untuk problem yang berbeda.
Dan itu dilakukan sama kuatnya. Multitasking adalah salah satu model pelatihan teater yang perlu dikuasai oleh mereka yang cinta seni peran.

3.1.11

Berlatih Teater, Melatih Kompetensi Pribadi dalam Segala Hal





Anggota teater berlatih intensif untuk pengembangan diri yang berusaha menggali dan mengembangkan:
a. Kecakapan Konsentrasi, Olah Imajinasi, Olah Pikir, Pernafasan, Olah Tubuh, Vokal (irama: tempo, nada, dinamika, tekanan, intonasi, penjedaan, timing), dan Dialog
b. Kecakapak Mengelola Mimik dan pantomimic, Ekspresi, dan Pengembangan dialog
c. Kecakapan Mengelola Suara dan Ucapan, Penampilan suara, Letupan suara, Diksi, Tekanan, Bangun ucapan
d. Kecakapan mengembangkan potensi Karakterisasi, Pengembangan Karakter, Movement, Tekanan dan Kekuatan
e. Kecakapan mengelola potensi diri melalu Akting dasar, Motivasi, Focus of interest, mengelola Over-acting, Gesture, Business, Kinesik
f. Kecakapan mengelola potensi diri melalui Tata dan teknik pementasan dan produksi film pendek.
g. Kecakapan mengembangkan diri melalui pembiasaan Evaluasi kemampuan praktis peserta.
h. Kecakapan pengembangan diri melalui pelatihan keaktoran, penyutradaraan, kolektivitas tim

Manfaat dan Tahapan Latihan Teater


Pelatihan Teater mampu memberdayakan diri dan memberikan han manfaat bagi peserta bukan untuk sekadar kepentingan teater, melainkan untuk kehidupan personal dan peran masing-masing anggota di dunia studi, dunia kerja, dan di masyarakat. Setiap bentuk dan tahapan pelatihan terdiri atas model-model latihan yang memiliki sasaran, dan memberikan manfaat yang beragam:
1. Pelatihan “Pijakan yang kuat”: kendalikan perhatian pada masa kini (bukan masa lalu atau masa depan)
2. Pelatihan “Memusatkan diri”: menjaga kesadaran diri ditengah-tengah kesibukan yang terjadi di sekeliling kita.
3. Pelatihan “Memperjelas keyakinan”: nyatakan dan hidupi suatu keyakinan yang jelas dan konsisten
4. Pelatihan “Mencapai Spesifikasi Tujuan”: identifikasikan dana hidupi pernyataan tujuan hidup pribadi
5. Pelatihan “Identifikasikan nilai-nilai”: kenali, prioritaskan, dan hidupi nilai-nilai pribadi
6. Pelatihan “Perencanaan hidup”: formulasikan sebuah rencana menyeluruh tentang kehidupan Anda dan lakukanlah dengan sadar
7. Pelatihan “Penetapan tujuan pendidikan”: jelaskan dan hidupi rencana yang bertujuan menjadi pelajar seumur hidup
8. Pelatihan Penetapan tujuan karir: tetapkan dan terapkan tujuan karir yang realistis dan dapat memotivasi diri
9. Pelatihan “Manajemen waktu”: rencanakan dan terapkan penggunaan waktu berdasarkan prioritas
10. Pelatihan “Manajemen stress”: terapkan metode efektif manajemen stress dalam kehidupan sehari-hari
11. Pelatihan “Manajemen kesehatan”: pastikan mendapatkan nutrisi yang baik, berolahraga, relaksasi, dan tidur yang cukup
12. Pelatihan “Sikap mental positif”: kendalikan percakapan dengan diri sendiri dan membangun rasa pentingnya diri sendiri (Dikembangkan dari Transforming Leadership, Terry Anderson, 1998)

Filosofi Berlatih Teater


Teori Peter Senge (1990) mengenai Organisasi pembelajar/Learning Organization (LO), merupakan salah satu filosofi berlatih teater yang bisa diimplementasikan. Filosofi itu meliputi antara lain:
a. Pancarkan sinar kita. Tingkatkan kapasitas kita. Ciptakan hasil yang paling kita inginkan. (Peter Senge, dalam Personal Mastery, kesatu dari disiplin kelima)
b. Aktif dalam perenungan. Ajeg mengklarifikasi. Perbaiki gambaran diri. Konsep diri kita mempengaruhi kita mengambil keputusan terbaik. (Mental Model-nya Peter Senge, kedua dari disiplin kelima)
c. Menyatukan perbedaan. Membangun komitmen kelompok. Bersama menetapkan ekspektasi. (Share Vision, Peter Senge, ketiga dari disiplin kelima)
d. Bersinergi. Terbuka untuk belajar. Bersama menggali apa yang tak diketahui. (Team Learning-nya Peter Senge, keempat dari disiplin kelima)
e. Berpikir komprehensif. Menginternalisasikan dan mendaratkan hal-hal konseptual. Menyederhanakan, mengefektifkan, dan menyelaraskan sistem berpikir. (Systems Thinking-nya Peter Senge, kelima dari disiplin kelima)

Mengapa Berlatih Teater di IDEOT?



Berlatih Teater di Ideot bukan sekadar berlatih seni peran, seni musik, seni make up dan busana, seni panggung, seni desain, dan aspek seni kolektif teater lainnya, melainkan juga berlatih hidup, berlatih membangun kerja sama tim dan dengan memadukan pelbagai unsur teater seperti: menyanyi, bermain peran, bermusik, menggambar, mendesain kostum, mendesain make up, dll. Berlatih memberikan pengalaman praktis bagi anggota untuk mengeksplorasi kemampuan mereka dalam pengembangan keterampilan hidup yang dibutuhkan sesuai ciri khas pribadi, identitas kelompok dan ekspektasi terbaik dalam memberikan kontribusi pada bangsa dan negera. Berlatih menumbuhkan kepekaan terhadap kondisi sosial masyarakat sejak dini dan bisa mewujudnyatakannya menjadi pesan efektif yang menghibur masyarakat dalam sebuah repertoar seni teater panggung dan seni film. Berlatih menguasai serangkaian keterampilan manajemen sederhana dalam pengelolaan sebuah pertunjukan teater dan pembuatan film yang kelak bisa dikonsumsi masyarakat dan mendatangkan benefit bukan hanya financial tetapi juga pengalaman berorganisasi dan pengalaman batin untuk berinteraksi dengan massa, yang berguna untuk masa depan pekerjaan dan pengembangan minat anggota.

Seni Peran Diperlukan bagi Profesional di Bidang Apapun



Seni peran adalah salah satu ragam seni yang banyak mewarnai kehidupan manusia. Sebagai elemen dasar dalam seni pertunjukan, seni peran telah mampu membawa para aktornya ke segala lini kehidupan. Prinsip-prinsip seni peran pun telah menjadi salah satu dasar bagi model-model pembelajaran di sekolah formal maupun nonformal. Seni Peran dapat dimanfaatkan sebagai alat yang efektif untuk memberi keubahan dan pertumbuhan pada perkembangan kekinian pengetahuan, keterampilan hidup, dan karakter manusia.